Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Thursday, 23 April 2020

Legenda Jampang Si Jagoan Silat Dari Betawi

April 23, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Jampang adalah lelaki Betawi yang hidup pada masa Indonesia masih dijajah Belanda. Ia dikenal tinggi ilmu silatnya. Piawai pula memainkan golok untuk senjata. Sejak masih muda usianya, Si Jampang suka merampok. Hingga kemudian ia menikah, tetap juga kebiasaannya merampok itu dilakukannya. Bahkan ketika istrinya meninggal dunia dan anaknya telah beranjak remaja.

Legenda Jampang Si Jagoan Silat Dari Betawi

Meski dikenal sebagai perampok, Si Jampang tidak ingin anaknya itu mengikuti jejaknya. Ia menghendaki anaknya menjadi ahli agama. Maka, hendak dimasukkannya anaknya itu ke pesantren. Anak Si Jampang bersedia masuk pesantren dengan syarat ayahnya itu menghentikan tindakan buruknya. “Masak anaknya mengaji di pesantren tapi babehnya kerjaannya merampok? Apa kata orang nanti, Be?”

Si Jampang hanya tertawa mendengar ucapan anaknya. Pada suatu hari Si Jampang mengunjungi Sarba, sahabat Iamanya. Ia telah lama tidak berkunjung. Sama sekali tidak disangkanya jika sahabatnya itu telah meninggal dunia.

Ia ditemui Mayangsari, istri mendiang Sarba. Mayangsari bercerita, ia dan suaminya itu dahulu berziarah ke Gunung Kepuh Batu. Mereka berdoa di tempat itu dan memohon agar dikaruniai anak. Sarba berjanji,jika doanya dikabulkan, ia akan menyumbang dua ekor kerbau. Doa mereka akhirnya dikabulkan Tuhan. Mayangsari hamil dan akhirnya melahirkan seorang anak lelaki yang mereka beri nama Abdih. Ketika Abdih beranjak remaja, Sarba meninggal dunia. “Kata orang, suami aye’ itu meninggal karena lupa pada janjinya yang akan menyumbang dua ekor kerbau.”

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Mendapati Mayangsari telah menjanda sementara dirinya juga telah menduda, Si Jampang lantas melamar Mayangsari. Namun, Mayangsari menolak dengan kasar pinangan Si Jampang. Si Jampang yang sakit hati lalu mencari dukun untuk mengguna-gunai Mayangsari. Dengan bantuan keponakannya yang bernama Sarpin, didapatkannya dukun itu. Pak Dul namanya, seorang dukun dari kampung Gabus. Si Jampang lantas mengguna-gunai Mayangsari dengan guna-guna dari Pak Dul.

Mayangsari jadi gila setelah terkena guna-guna. Ia sering berbicara dan tertawa sendiri. Abdih yang sangat prihatin pun berusaha mencari cara untuk menyembuhkan kegilaan yang dialami ibunya. Abdih lantas mencari dukun. Kebetulan dukun yang ditemuinya adalah Pak Dul dari kampung Gabus hingga Pak Dul dapat dengan mudah melepaskan gunaguna yang mengena pada diri Mayangsari.

Si Jampang lantas menemui Abdih dan menyatakan minatnya untuk memperistri ibu Abdih itu.

“Aye tidak menolak pinangan Mang’ Jampang untuk ibu aye, tapi aye minta syarat, Mang,” jawab Abdih.

“Syarat apa yang kamu minta?”

“Aye minta sepasang kerbau untuk mas kawinnya, Mang,”

Si Jampang menyanggupi, meski sepasang kerbau bukan perkara yang gampang untuk didapatkan Si Jampang. Si Jampang berusaha memikirkan cara untuk mendapatkan sepasang kerbau. Teringatlah ia pada Haji Saud yang tinggal di Tambuh. Haji Saud sangat kaya, namun sangat kikir. Si Jampang lantas menghubungi Sarpin dan mengajak keponakannya itu merampok rumah Haji Saud.

Rupanya, rencana perampokan itu telah diketahui Haji Saud. Haji Saud telah menghubungi polisi. Para polisi segera bersiaga di sekitar rumah Haji Saud. Maka, ketika Si Jampang dan Sarpin yang mengenakan baju hitam-hitam itu datang hendak merampok, para polisi segera mengepungnya. Si Jampang ditangkap dan dipenjarakan. Ia kemudian dijatuhi hukuman mati.

Kematian Si Jampang disambut gembira para tauke dan tuan tanah karena merasa terbebas dari keonaran yang dilakukan Si Jampang. Namun, kematian Si Jampang ditangisi rakyat miskin. Meski dikenal selaku perampok, namun Si Jampang banyak memberikan bantuannya kepada mereka. Kebanyakan Si Jampang membagi-bagikan hasil rampokannya itu kepada mereka yang membutuhkan. Bagi rakyat miskin, Si Jampang adalah sosok pahlawan.

Cerita Alternatif

Konon Dikampungnya, Jampang mengajarkan ilmu pengetahuan silatnya ke santri-santri Haji Baasyir. Salah satu ucapan beliau,  “Sebagai seorang Muslim, kita tidak boleh lemah. Kita harus kuat agar bisa membela diri dan melindungi orang yang lemah  dari para penjahat”.

Haji Baasyir sangat menyukai pemuda yang bersemangat seperti Jampang. Suatu hari, ia memberi tugas kepada Jampang untuk mengantarkan sebuah surat ke adik seperguran H. Baasyir yang bernama Haji Hasan yang tinggal di Kebayoran.
Jampang seorang sayang dan patuh ke H. Baasyir dan menerima tugas itu dengan senang hati.

Selepas dzuhur, Jampang telah berada di daerah Kebayoran dan melihat serombongan pejabat sedang mengontrol daerah kekuasaan mereka. Para penduduk yang berada di pinggir jalan menunduk seraya memberi hormat layaknya seorang raja jaman dahulu memberi hormat.

Jampang merasa kesal. Untuk apa mereka memberi hormat seperti itu. “Sekarang bukan jamannya raja-raja. Setiap manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Jadi apa perlunya memberi hormat seperti itu. Kekesalannya membuat tekad di hati dan pikirannya untuk membela dan berjuang hak-hak rakyat kecil.
Saat Jampang sedang di dekat aliran sungai, ia mendengar suara seorang wanita menjerit meminta pertolongan. Tampak dimatanya dia melihat seorang laki laki kasar sedang hendak berbuat senonoh kepada seorang wanita yang baru selesai mandi. Laki-laki bejat ini bernama Kepeng, anak buah Si Jabrig, jawara daerah itu. dan Gadis itu bernama Siti putri Pak Sudin.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Dia pun marah dan menolong wanita tersebut. Pertarungan sengit tak bisa dielakkan. Dengan kesaktiannya Jampang berhasil mengalahkan Kepeng
Jampang  mengantar Siti ke rumahnya. Lalu Pak Sudin orang tua Siti mengantar beliau ke rumah Pak Haji Hasan untuk mengantarkan sebuah surat titipan Haji Baasyir ke Haji Hasan.

Ternyata surat itu berisi anjuran agar Haji Hasan menyuruh agar anak-anak muda asuhan beliau untuk belajar ilmu beladiri. Dengan demikian mereka mampu menjaga keamanan di daerahnya. Memang kala itu tanah-tanah di pinggir kota betawi sering tidak aman. Dan Jampang mendapat tugas untuk melatih para pemuda itu.

Jampang pun melakukan tugasnya dengan baik. Dididiknya para pemuda dengan sungguh-sunguh. Kehadiran Jampang di daerah itu membuat Jabrig dan anak buahnya merasa tidak aman dan berniat menyingkirkan beliau.

Namun, Jampang bukan pemuda sembarangan. Ia adalah jebolan perguruan silat Gunung Kepuh. Gebrakan Jabrig dancurkann anak buahnya tidak berarti apa-apa. Ia bahkan mampu menghancurkan gerombolan itu. Keadaan kampung pun menjadi aman.
Hancurnya gerombolan Si Jabrig membuat tugas Jampang selesai. Ia pun segera pamit untuk kembali ke kampung halamannya. Hal ini membuat nama Jampang kembali terkenal karena kehebatannya.

Setibanya dikampung, sebuah fitnah menanti. Sebuah fitnah yang dibuat Subro dan Gabus yang menyatakan bahwa Jampang telah mencuri dua ekor kerbau milik Juragan Saud. Mereka yang pernah dikalahkan jampang ternyata masih merasa dendam dan mereka ingin menjebloskan Jampang ke penjara dengan cara melaporkan Jampang ke pihak kepolisian.

Jampang tahu bahwa ini adalah sebuah Jebakan. Beliau menghadap Haji Baasyir untuk diberi petunjuk. Haji Baasyir menyarankan Jampang untuk menemui Juragan Saud dan menyadarkannya.

Akhirnya Jampang pergi ke rumah Juragan Saud. Disana ia malah mengambil kerbau dan dan barang-barang berharga milik Juragan Saud lalu membagikannya kepada masyarakat kecil yang membutuhkan.

Juragan Saud yang kesal kepada Jampang yang ia fitnah, malah telah merampoknya. Ia meminta kepolisian agar mengerahkan pasukannya untuk menangkap beliau.
Polisi pun dikerahkan dimana-mana. Mereka berhasil  menemukan Jampang. Beberapa dari mereka telah menembak Jampang hingga tewas.

Namun mithos yang telah beredar Jampang tidaklah tewas. Dengan kesaktiannya, Jampang mengelabui mereka dengan mengubah sebuah gedebong (batang pohon) pisang seolah-olah menjadi dirinya. Jadi yang bunuh mereka adalah sebuah gedebong pisang, bukan jampang sebenarnya.

Setelah keadaan aman Jampang menikahi Siti anak dari Pak Sudin, orang yang pernah ditolongnya dulu.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Wednesday, 22 April 2020

Awal Mula Muncul Nya Pesugihan Di Gunung Kawi Di Jawa Timur

April 22, 2020 0 Comments
Masterceme, Cerita Indonesia - Gunung Kawi adalah sebuah gunung berapi di Jawa Timur, Indonesia, dekat dengan Gunung Butak. Tidak ada catatan sejarah mengenai letusan gunung berapi ini.

Awal Mula Muncul Nya Pesugihan Di Gunung Kawi Di Jawa Timur

Gunung Kawi, terletak di sebelah barat kota Malang merupakan obyek wisata yang perlu untuk dikunjungi bila kita berada di Jawa Timur karena keunikannya, obyek wisata ini lebih tepat dijuluki sebagai “kota di pegunungan”. Di sini kita tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu.

Di sepanjang jalan kita akan menemui bangunan bangunan dengan arsitektur khas Tiongkok, dimana terdapat sebuah kuil/klenteng tempat untuk bersembahyang atau melakukan ritual khas Kong Hu Cu.

“Gunung tidak perlu tinggi asal ada dewanya.” Pepatah populer di kalangan warga Tionghoa ini bisa menjelaskan kenapa Gunung Kawi di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sangat populer. Kawi bukan gunung tinggi, hanya sekitar 2.000 meter, juga tidak indah. Tapi gunung ini menjadi objek wisata utama masyarakat Tionghoa.

Tiap hari ratusan orang Tionghoa, termasuk orang pribumi naik ke Gunung Kawi. Masa liburan plus cuti bersama Lebaran ini sangat ramai. Karena terkait dengan kepercayaan Jawa, Kejawen, maka kunjungan biasanya dikaitkan dengan hari-hari pasaran Jawa: Jumat Legi, Senin Pahing, Syuro, dan Tahun Baru.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Namun di sisi lain, motif para pengunjung yang datang ke pesarean ini pun sangat beragam pula. Ada yang hanya sekedar berwisata, mendoakan leluhur, melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul.

Asal Usul Pesugihan Gunung Kawi

Awalnya makam Eyang Jugo di Gunung Kawi tidak dikenal sebagai tempat pesugihan hingga datangnya sosok pria dari daratan Cina bernama Tamyang.

Dikisahkan, Eyang Jugo pernah melakukan perjalanan ke daratan Cina. Suatu ketika, dia bertemu dengan seorang perempuan hamil yang kehilangan suaminya. Lalu Eyang Jugo membantu ekonomi janda yang hidup dalam kemiskinan ini.

Tentu saja perempuan ini sangat senang dan berterima kasih dengan bantuan Eyang Jugo. Sesuatu yang sudah menjadi tabiat Eyang Jugo dalam membantu sesama.

Ketika Eyang Jugo hendak kembali ke Pulau Jawa, dia berpesan kepada janda itu agar jika anaknya sudah besar kelak disuruh datang ke Gunung Kawi di Pulau Jawa. Anak dari janda miskin inilah yang diberi nama: Tamyang.

Awal Mula Muncul Nya Pesugihan Di Gunung Kawi Di Jawa Timur

Pada era tahun 40-an, datanglah Tamyang ke Gunung Kawi. Tentu saja dia hanya melihat makam Eyang Jugo, sebab Eyang Jugo sudah wafat beberapa tahun sebelumnya.

Tamyang ingin membalas jasa Eyang Jugo yang telah berbuat baik kepada ibunya di daratan Cina. Itulah sebabnya, dia merawat makam itu dengan baik.

Pria Cina yang biasa berpakaian hitam-hitam mirip pendekar silat ini merawat makam Eyang Jugo dan membangun tempat berdoa dengan gaya Cina. Sejak itulah, peziarah semakin ramai mengunjungi Gunung Kawi. Tetapi anehnya dengan tujuan mencari pesugihan dan bukan belajar bagaimana menjadi orang bijak seperti Eyang Jugo.

Siapakah sesungguhnya Eyang Jugo dan Eyang Sujo?

Yang dimakamkan dalam satu liang lahat di pesarean Gunung Kawi ini? Menurut Soeryowidagdo (1989), Eyang Jugo atau Kyai Zakaria II dan Eyang Sujo atau Raden Mas Iman Sudjono adalah bhayangkara terdekat Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1830 saat perjuangan terpecah belah oleh siasat kompeni, dan Pangeran Diponegoro tertangkap kemudian diasingkan ke Makasar, Eyang Jugo dan Eyang Sujo mengasingkan diri ke wilayah Gunung Kawi ini.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Patung Dewi Kwan Im Di Gunung Kawi

Patung Dewi Kwan Im Sudah Ada di gunung Kawi Sebelum Eyang Jugo Dan Eyang Sujo.
Semenjak itu mereka berdua tidak lagi berjuang dengan mengangkat senjata, tetapi mengubah perjuangan melalui pendidikan. Kedua mantan bhayangkara balatentara Pangeran Diponegoro ini, selain berdakwah agama islam dan mengajarkan ajaran moral kejawen, juga mengajarkan cara bercocok tanam, pengobatan, olah kanuragan serta ketrampilan lain yang berguna bagi penduduk setempat. Perbuatan dan karya mereka sangat dihargai oleh penduduk di daerah tersebut, sehingga banyak masyarakat dari daerah kabupaten Malang dan Blitar datang ke padepokan mereka untuk menjadi murid atau pengikutnya.

Setelah Eyang Jugo meninggal tahun 1871, dan menyusul Eyang Iman Sujo tahun 1876, para murid dan pengikutnya tetap menghormatinya. Setiap tahun, para keturunan, pengikut dan juga para peziarah lain datang ke makam mereka melakukan peringatan. Setiap malam Jumat Legi, malam eninggalnya Eyang Jugo, dan juga peringatan wafatnya Eyang Sujo etiap tanggal 1 bulan Suro (muharram), di tempat ini selalu diadakan erayaan tahlil akbar dan upacara ritual lainnya. Upacara ini iasanya dipimpin oleh juru kunci makam yang masih merupakan para keturunan Eyang Sujo itu sendiri.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Thursday, 16 April 2020

Kisah Nyapu Dan Moret Si Pintar

April 16, 2020 0 Comments
Masterceme, Kisah - Nyata di daerah Kalimantan Timur, terdapat sebuah sungai yang bermuara di Sungai Kahayan. Muara sungai itu bernama muara Sungai Sian.  Di muara sungai itu terdapat sebuah kampung yang makmur, tenteram, dan damai. Penduduknya senantiasa hidup rukun dan saling membantu satu sama lain. Di tengah-tengah kedamaian itu, tiba-tiba mereka diserang oleh kawanan perampok dengan persenjataan lengkap. Mereka memporak-porandakan seluruh isi kampung. Rumah-rumah penduduk hancur berantakan. Tangga dan tiang penyangga berserakan di mana-mana.

Kisah Nyapu Dan Moret Si Pintar

Melihat keberingasan perampok tersebut, penduduk kampung tidak tinggal diam. Para kaum laki-laki, baik muda maupun tua, berusaha untuk melakukan perlawanan. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan lagi. Alhasil, mereka dapat menghalau perampok  tersebut, meskipun banyak warga yang harus menjadi korban. Setelah musuh itu pergi, mereka segera menguburkan warga yang tewas dan membersihkan serpihan-serpihan rumah yang masih berserakan.

Malam harinya, seluruh penduduk berkumpul di balai basara (rumah khusus untuk rapat) untuk mencari jalan keluar agar kampung mereka terhindar dari serangan perampok. Saat musyawarah itu dimulai, seorang warga yang bernama Nyapu langsung angkat bicara.
“Maaf, para hadirin! Kalau saya boleh mengusulkan, bagaimana kalau kita tinggalkan saja kampung ini. Kita cari tempat lain untuk mendirikan kampung yang baru, sehingga kita bisa hidup aman dan tenteram. Kita tidak akan mungkin bertahan lama di kampung ini. Mereka pasti akan kembali lagi menyerang kita dengan jumlah besar, sedangankan jumlah kita semakin berkurang,” usul Nyapu memulai pembicaraan.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Namun, tak seorang pun warga yang mendukung usulannya, kecuali istrinya. Para warga lebih memilih untuk bertahan di kampung itu. Mereka bersepakat untuk mengadakan upacara agar roh-roh halus melindungi kampung mereka dari gangguan kawanan perampok. Mereka juga bersepakat untuk bergotong-royong membuat benteng pertahanan yang kokoh dan menyiapkan persenjataan lengkap. Siang dan malam, para kaum laki-laki berkeliling kampung untuk berjaga-jaga secara bergiliran, sedangkan kaum perempuan sibuk menyiapkan makanan.

Pada suatu malam, ketika sedang menyiapkan makan malam, kaum perempuan melihat beberapa jukung (kapal) datang dari hilir sungai menuju ke kampung mereka. Mengetahui bahwa jukung-jukung tersebut berisi kawanan perampok,mereka pun panik dan berlarian sambil berteriak.

“Perampok …! Perampok … ! Perampok datang… !!!

Mendengar teriakan itu, para kaum laki-laki yang sedang berjaga-jaga segera membangunkan warga lainnya yang sedang beristirahat untuk menghadang kawanan perampok tersebut. Pertempuran sengit pun kembali terjadi. Pertempuran antara kedua belah pihak berlangsung cukup lama. Namun, lagi-lagi pertempuran itu dimenangkan oleh penduduk. Pertempuran tersebut kembali menyisahkan kepedihan bagi sebagian penduduk. Banyak kaum ibu-ibu yang menangis histeris, karena suami mereka tewas dalam pertempuran tersebut.

Melihat kondisi kampung yang rusak parah dan banyaknya warga yang menjadi korban, Nyapu kembali mengajak seluruh penduduk kampung untuk meninggalkan kampung itu.  Namun, para warga tetap saja menolak ajakan Nyapu. Akhirnya, Nyapu dan istrinya memutuskan untuk meninggalkan kampung itu.

“Baiklah! Jika tidak ada yang berniat meninggalkan kampun ini, izinkanlah saya dan istri saya pergi. Kami akan pergi ke hulu sungai dan membuka ladang di sana,” ungkap Nyapu.
Keesokan harinya, Nyapu dan istrinya berpamitan kepada seluruh penduduk. Ketika mereka akan berangkat, para tali atau palu (janda) yang berjumlah empat puluh orang menyatakan ingin ikut. Setelah mempersiapkan bekal secukupnya, rombongan itu pun berangkat dengan menggunakan jukung menyusuri Sungai Kahayan. Setelah berhari-hari menentang arus, sampailah mereka di muara Sungai Miri. Mereka kemudian menyusuri Sungai Miri menuju arah hulu hingga menemukan muara Sungai Napoi. Kemudian mereka berbelok menyusuri Sungai Napoi hingga ke hulu. Akhirnya, mereka tiba di sebuah sungai yang belum pernah mereka datangi. Mereka pun menamakan sungai itu Sungai Bolo. Air sungai itu sangat jernih. Pemandangan di sekitarnya pun sangat indah dan hawanya sangat sejuk. Pepohonan tumbuh subur di pinggir sungai.

“Wah, tempat ini indah sekali. Tanahnya subur dan banyak sungai-sungai kecil yang mengalir di sini. Jika kita tinggal di sini, tentu kita tidak akan kekurangan air,” ucap istri Nyapu.

“Kamu benar, Istriku! Sebaiknya kita membuka perkampungan baru di sekitar sungai ini,” kata Nyapu.

Akhirnya, Nyapu bersama rombongannya memutuskan untuk tinggal di daerah itu dan segera membangun rumah. Dalam waktu sepekan, mereka berhasil mendirikan sebuah perkampungan. Nyapu pun diangkat menjadi kepala kampung. Mereka menamai kampung itu Kampung Nyapu.

Setelah itu, Nyapu bersama warganya membuka ladang. Mereka menanami ladang itu dengan tanaman padi. Mereka sangat tekun dan rajin merawat tanaman mereka, sehingga ketika musim panen tiba, lumbung-lumbung padi mereka penuh dengan padi. Nyapu dan warganya pun hidup bahagia.

Kebahagiaan Nyapu pun semakin bertambah ketika istrinya melahirkan seorang anak perempuan yang cantik jelita. Bayi itu mereka beri nama Moret. Nyapu dan istrinya merawat dan mendidik Moret dengan penuh kasih sayang. Sejak Moret berusia lima tahun, Nyapu sering mengajaknya ke ladang untuk memperkenalkan kepadanya tentang kehidupan alam di sekitarnya. Tak heran jika Moret tumbuh menjadi anak yang cerdas dan memiliki watak kasih sayang kepada sesama. Moret pun sangat senang tinggal di kampung itu, karena seluruh warga sayang kepadanya.

Sementara itu di tempat lain, penduduk kampung di muara Sungai Sian kembali diserang oleh kawanan perampok. Karena tidak mampu lagi bertahan di kampung itu, akhirnya mereka pun berbondong-bondong menuju ke Kampung Nyapu. Mereka membangun rumah dan membuka ladang sebagaimana penduduk lainnya. Lama-kelamaan, Kampung Nyapu semakin ramai.

Seiring dengan berjalannya waktu, Moret pun tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Kecantikannya mengundang decak kagum setiap pemuda yang melihatnya dan mereka pun berharap dapat mempersuntingnya.

Moret adalah gadis yang cerdas. Ia tidak ingin gegabah dalam memilih jodoh. Ia ingin mendapatkan suami yang dapat mendatangkan kemakmuran, kesejahteraan, dan ketenteraman bagi seluruh penduduk Kampung Nyapu. Untuk itu, ia mengajukan syarat kepada setiap pemuda yang datang melamarnya agar mengisi lumbung terbesar yang ada di Kampung Nyapu dengan biji buah-buahan dalam waktu sehari. Biji-biji tersebut akan ditanam di ladang-ladang milik penduduk seusai pesta pernikahannya.

Sudah banyak pemuda kampung yang datang melamarnya, namun tak satu pun yang mampu untuk memenuhi syaratnnya. Moret menyadari bahwa syarat yang diajukannya itu cukup berat. Namun, ia merasa yakin bahwa suatu hari kelak pasti ada pemuda yang sanggup untuk memenuhinya. Ternyata keyakinannya benar. Beberapa hari kemudian, datanglah seorang pemuda tampan dari kampung lain yang bernama Karang hendak melamarnya. Selain tampan, Karang juga memiliki kesaktian yang tinggi. Berbekal kesaktiannya, ia pun menyanggupi syarat yang diajukan Moret. Namun, Moret tidak mau menerima lamaran itu sebelum syaratnya diwujudkan oleh si Karang.

“Maaf, Tuan! Lamaran Tuan baru saya akan terima jika Tuan telah memenuhi lumbung padi yang paling besar di kampung ini dengan biji buah-buahan,” kata Moret.

“Baiklah, jika itu yang Putri inginkan. Izinkanlah saya untuk mohon diri untuk segera mewujudkan syarat Putri,” kata Karang.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Setelah berpamitan, berangkatlah si Karang ke hutan. Dengan kesaktiannya, ia berhasil mengumpulkan banyak sekali biji buah-buahan hingga memenuhi lumbung padi terbesar di Kampung Nyapu. Karena syaratnya terpenuhi, Moret pun menerima lamaran Karang. Beberapa hari kemudian, pesta pernikahan mereka dilangsungkan dengan sangat meriah. Berbagai pertunjukan seni dan tari dipertontonkan. Undangan yang hadir datang dari berbagai penjuru.

Dalam pesta tersebut, ayah Moret (Nyapu) meminta tolong kepada seluruh undangan untuk menanam seluruh biji buah-buahan yang telah dikumpulkan Karang. Usai pesta, seluruh undangan yang hadir bergotong-royong menanam biji buah-buahan tersebut di ladang Nyapu dan di ladang milik warga Kampung Nyapu lainnya. Dalam waktu setengah hari, seluruh biji buah-buahan tersebut berhasil ditanam. Betapa senang hati Moret karena keinginannya dapat terwujud. Ia pun hidup berbahagia bersama suaminya.

Beberapa tahun kemudian, kebahagiaan Moret semakin bertambah. Selain karena dikaruniai dua orang putra-putri yang tampan dan cantik, juga karena seluruh biji buah-buahan yang ditanam di ladang telah berbuah lebat. Hasilnya pun dapat dinikmati oleh seluruh warga hingga ke anak cucu mereka.
Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Friday, 10 April 2020

Legenda Asal-Usul Kota Balikpapan

April 10, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Dahulu, di Tanah Pasir, Kalimantan Timur, terdapat sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh Raja Aji Muhammad yang terkenal adil dan bijaksana. Berkat kepemimpinan Sang Raja, negeri itu senantiasa aman, makmur, dan sentosa. Penduduknya hidup dari hasil laut dan pertanian yang melimpah. Negeri itu memiliki wilayah yang cukup luas, salah satunya adalah sebuah teluk dengan pemandangan yang amat indah.

Legenda Asal-Usul Kota Balikpapan

Raja Aji Muhammad memiliki seorang putri bernama Aji Tatin. Dialah calon tunggal pewaris tahta kerajaan. Itulah sebabnya, semua kasih sayang ayah dan ibunya tercurah kepada Aji Tatin. Puluhan dayang-dayang istana selalu mendampingi Aji Tatin untuk menjaga, merawat, melindunginya dan memastikan segala keperluan Aji Tatin terpenuhi.

Setelah beranjak dewasa, Putri Aji Tatin dinikahkan dengan seorang putra bangsawan dari Kutai. Sebagai putri tunggal, pesta pernikahan Aji Tatin dilangsungkan sangat meriah. Puluhan sapi dan kerbau disembelih untuk dihindangkan kepada para tamu undangan dari berbagai penjuru negeri. Tidak hanya para pembesar dari kerajaan tetangga, tetapi juga seluruh rakyat negeri itu turut berpesta. Hari itu merupakan hari indah dan bahagia bagi kedua mempelai.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Saat pesta sedang berlangsung, Raja Aji Muhammad bangkit dari singgasananya untuk memberikan hadiah kepada putri tercitanya.

“Putriku, Aji Tatin, di hari yang penuh bahagia ini Ayah memberikan wilayah teluk yang indah dan mempesona itu sebagai hadiah pernikahanmu,” kata sang Raja di hadapan putri dan disaksikan oleh seluruh undangan, “Kini, teluk itu telah menjadi wilayah kekuasaanmu. Engkau pun boleh memungut upeti dari rakyatmu.”

“Terima kasih, Ayahanda. Semoga Ananda bisa menjaga amanat ini,” ucap Putri Aji Tatin dengan perasaan bahagia.

Sejak itulah, Putri Aji Tatin menjadi raja di teluk tersebut. Untuk memungut upeti dari rakyat, ia dibantu oleh suaminya dan seorang abdi setia bernama Panglima Sendong. Ketika itu, upeti yang dipungut dari rakyatnya berupa hasil bumi, terutama kayu yang sudah berbentuk papan. Papan tersebut akan digunakan untuk membangun istana.

Suatu hari, orang-orang kepercayaan Putri Aji Tatin yang dipimpin oleh Panglima Sendong sedang memungut upeti dari rakyat. Upeti berupa papan tersebut diangkut melalui laut dengan menggunakan perahu. Namun, ketika mereka telah hampir sampai di teluk, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Selang beberapa saat kemudian, gelombang laut yang amat dahsyat menerjang perahu yang mereka tumpangi. Seluruh penumpang perahu menjadi sangat panik.

“Ayo, cepat dayung perahunya ke teluk!” teriak Panglima Sendong.

Mendengar seruan itu, para pendayung pun segera mengayuh perahu mereka dengan cepat. Namun, semuanya sudah terlambat. Sebelum perahu itu mencapai teluk, gelombang laut yang semakin besar menabrak bagian lambung perahu. Air laut pun masuk dan memenuhi seluruh bagian perahu. Tak ayal, perahu yang dipenuhi papan kayu itu pun terbalik.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Perahu yang sudah hampir tenggelam itu kemudian terbawa gelombang laut dan akhirnya terhempas ke sebuah karang di sekitar teluk sehingga pecah berantakan. Tokong (galah) para pendayung pun patah. Papan kayu yang memenuhi perahu itu sebagian hanyut ke laut dan sebagian yang lain terdampar di tepi teluk. Sementara itu, tak seorangpun dari penumpang perahu selamat, termasuk Panglima Sendong.

Putri Aji Tatin dan suaminya amat bersedih atas musibah yang menimpa panglima dan orang-orang kepercayaannya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka wilayah teluk tempat perahu itu terbalik dinamakan Balikpapan, yaitu dari kata balik dan papan. Sementara itu, karang tempat terhempasnya perahu itu semakin lama semakin besar sehingga menjadi sebuah pulau. Hingga kini, pulau itu disebut Pulau Tukung yang berasal dari kata tokong, yaitu tokong para awak perahu yang patah akibat terhempas di karang.

Demikian cerita Asal Mula Nama Kota Balikpapan dari daerah Kalimantan Timur. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa musibah itu dapat saja datang tanpa diduga-duga. Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati setiap kali melakukan perjalanan jauh menggunakan kendaraan.
Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Wednesday, 8 April 2020

Legenda Asal - Usul Danau Kembar Di Sumatera Barat

April 08, 2020 0 Comments
Masterceme, Legenda - Danau Kembar ini berada di Kawasan Danau Kembar yang letaknya ada di Kecamatan Lembang Jaya dan Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Jaraknya sekitar 60 kilometer dari pusat kota Padang atau sekitar 50 kilometer dari pusat kota Solok.

Legenda Asal -  Usul Danau Kembar Di Sumatera Barat

Ada sebuah cerita yang turun temurun di sampaikan mengenai Legenda terbentuknya Danau Kembar ini, berikut dibawah ini ceritanya.

Di zaman dahulu kala ada seorang niniak (Orang yang Sudah Tua) yang bernama Niniak Gadang Bahan yang kerjanya adalah Maarik kayu (membuat papan/tonggak). Niniak ini sangat unik, badannya besar tinggi dan bahannya sebesar Nyiru. 

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Bahan yang dimaksud di sini adalah beliungnya/kampak (alat untuk menebang kayu dan membuat papan). Nyiru adalah tempat menempis beras yang lebarnya kira-kira 50cmx80cm. Setiap berangkat ke hutan niniak ini tidak lupa membawa beliungnya.

Niniak ini makannya hanya sekali seminggu, tapi sekali makan 1 gantang. Untuk mendapatkan kayu/papan yang bagus dia harus naik gunung/hutan. Setelah beberapa hari dalam hutan dia akan pulang dengan membawa beberapa helai papan/tonggak yang telah jadi dan membawa ke pasar untuk di jual. Dari hasil penjualan papan/tonggak inilah dia menghidupkan keluarganya.

Pada suatu hari ketika niniak ini berangkat ke hutan, di tengah hutan tempat dia bisa lewat tertutup. Niniak ini kaget, kenapa ada makhluk yang menghambat jalannya. Makhluk ini sangat besar sehingga menutup pemandangannya

Niniak berusaha untuk mengusirnya tapi makhluk ini tidak bergeming, malah balik menyerang. Ternyata makhluk ini adalah seekor ular naga yang besar. Tidak bisa disangkal lagi darah pituah niniak moyang langsung mengalir ke seluruh tubuh niniak, katanya: “Lawan tidak di cari, kalau bertemu pantang mengelak”.

Terjadilah perkelahian antara naga dan niniak gadang bahan. Naga melakukan penyerangan, Niniak Gadang Bahan tidak tinggal diam. Seluruh kemampuan yang dimiliki oleh niniak gadang Bahan di keluarkan. Beliung yang berada di tangan Niniak gadang Bahan bereaksi, dan memang Niniak Gadang Bahan sangat ahli memainkannya, tentu jurus-jurus silat yang sudah mendarah mendaging oleh Niniak Gadang Bahan tak lupa dikeluarkan.

Akhirnya Naga betekuk lutut dan menyerah. Naga kehabisan darah karena sabetan beliaung Niniak Gadang Bahan. Kepala Naga Nyaris putus, darah mengalir dengan deras. Angku Niniak Gadang Bahan menarik naga itu dan melempar dengan sekuat tenaga dan sampai ke sebuah lembah.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Setelah berlangsung beberapa lama Angku Niniak Gadang Bahan mendatangi lembah tempat naga dilemparkan. Ternyata Niniak Gadang Bahan kaget, naga tersebut ternyata tidak mati, dia malah melambangkan badannya dengan posisi membentuk angka delapan, darah dari kepala ular tetap mengalir sehingga memerahkan daerah tersebut.

Sehingga daerah ini menjadi tempat kunjungan yang manarik bagi Angku, dan juga orang-orang yang ada di sekitar itu. Tapi apa yang terjadi, lama-lama badan ular ini mulai tertimbun oleh tanah, dan diantara dua lingkaran ular itu tergenanglah air yang membentuk dua danau kecil. 

Lama kelamaan danau ini terus semakin besar, sehingga terbentuklah dua bawah Danau yang besar dan indah.

Menurut cerita yang diterima itupulalah terbentuk dua nama daerah. Pertama adalah Lembah Gumanti, yang berasal dari kata “lembah nago nan mati” yaitu sekarang menjadi nama Kecamatan dari tempat kedua Danau ini. Kemudian ada juga yang mengartikan “Lembah Nago nan Sakti”. Yang kedua adalah sebuah daerah yang bernama “Aia Sirah” (Air Merah). 

Di daerah ini terkenal dengan airnya yang merah. Konon ceritanya penyebab dari air di daerah itu merah adalah darah yang terus keluar dari kepala naga, karena sampai sekarang Naga tersebut masih hidup dan masih mengeluarkan darah.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Monday, 6 April 2020

Kisah Lawongo Dan Asal Mula terbentuknya Pulau Napombalu Di Sulawesi Utara

April 06, 2020 0 Comments
Masterceme, Cerita Rakyat - , Pulau Kabaruan, Sulawesi Utara, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Lawongo. Ia seorang pemburu babi hutan dan pemain suling yang mahir. Kemahirannya bermain suling sangat dikagumi oleh masyarakat sekitar. Banyak gadis cantik yang jatuh cinta kepadanya, namun tak seorang pun yang memikat hatinya. Untuk mencari gadis yang didambakannya, ia sering berkeliling di Pulau Kabaruan mempertunjukkan kemahirannya memainkan suling.

Kisah Lawongo Dan Asal Mula terbentuknya Pulau Napombalu Di Sulawesi Utara

Pada suatu hari, tibalah Lawongo di Desa Damau. Para warga desa pun berkumpul hendak menyaksikan pertunjukannya. Lawongo memainkan sulingnya dengan lincahnya sambil mengamati gadis-gadis yang ikut menonton pertunjukannya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba padangan matanya tertuju pada seorang gadis cantik yang berdiri di antara kerumunan penonton. Melihat kecantikan gadis itu, ia pun langsung terpikat. Dengan penuh semangat, ia pun mengeluarkan seluruh kemampuannya bermain suling untuk memikat hati gadis itu. Gadis itu pun terbuai menikmati permainan suling Lawongo sambil menatap mata Lawongo denga penuh arti

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Setelah pertunjukan Lawongo selesai, para warga pun membubarkan diri dan kembali ke rumah masing-masing, kecuali gadis itu. Si Gadis tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Lawongo pun segera menghampiri dan menyapanya.

“Hai, gadis cantik! Apakah Adik suka dengan permainan suling Abang?” tanya Lawongo.

“Iya, Bang! Adik sangat kagum dengan permainan suling Abang?” jawab gadis itu sambil tersenyum.

Mendapat tanggapan baik dari gadis itu, Lawongo pun tidak segan-segan mengungkapkan perasaannya dengan untaian pantun.

Dari mana hendak ke mana
Dari Jepang ke Bandar Cina
Kalau boleh kami bertanya
Bunga yang kembang siapa punya?

Dari Jepang ke Bandar Cina
Singgah berlabuh di Singapura
Bunga yang kembang siapa punya?
Kami ingin memetiknya

 Gadis itu pun menjawab dengan untaian pantun pula.

Tetak buluh sampaikan kain
Kain cela tepi bersuji
Masakan lepas pada yang lain
Jika sudah disitu janji

Kain celah tepi bersuji
Lalu sampaikan atas galah
Jika sudah disitu janji
Hajatpun lalu disampaikan Allah

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Setelah mengungkapkan perasaan suka sama suka, kedua sejoli itu pun saling berjanji.

Tanam melati di ruma-ruma
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati bersama
Satu kubur kita berdua

Ubur-ubur sampingan dua

Tanam melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai

Akhirnya, Lawongo pun menikah dengan gadis itu. Sejak saat itu, ia pun menetap di Desa Damau, tempat tinggal istrinya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, Lawongo bercocok tanam dan berburu babi hutan. Hampir setiap hari ia berhasil mendapatkan binatang buruan. Penduduk Desa Damau pun sangat menghargai pekerjaannya tersebut, karena sejak kedatangannya ke desa itu, para penduduk terhindar dari gangguan babi hutan yang kerap berkeliaran di sekitar desa dan merusak tanaman mereka. Di samping itu, pada malam harinya, para penduduk sangat terhibur dengan irama suling yang dimainkan oleh Lawongo. Lawongo pun segera mendapat perhatian dari penduduk setempat dan menjadi pujaan bagi semua warga, baik yang tua maupun yang muda. Bahkan, banyak gadis kerap mencari-cari perhatian dan menggondanya, namun Lawongo tidak pernah terpengaruh oleh godaan itu.

Sebesar apa pun godaan yang datang kepadanya, Lawongo akan tetap sayang kepada istrinya. Sejak awal ia sudah berjanji untuk selalu bersama istrinya sehidup-semati, karena ia merasa senang, tenteram, dan bahagia hidup bersama pujaan hatinya itu. Namun, di tengah-tengah ketenangan, ketenteraman, dan kebahagiaan itu, tiba-tiba muncul malapetaka yang menimpa kehidupannya.

Pada suatu malam, Lawongo bermimpi sedang pergi berburu babi di tengah hutan. Babi yang sedang diburuhnya itu sangat besar. Selama menjadi pemburu binatang, ia tidak pernah menemukan babi sebesar itu. Dengan seluruh kemampuannya, ia pun melemparkan tombaknya ke arah babi hutan itu. Duggg…!!! Tombaknya tempat mengenai punggung babi itu. Apa yang terjadi? Babi besar itu bukannya roboh, tetapi justru mengamuk dengan ganasnya dan berbalik menyerangnya. Menyadari hidupnya terancam, Lawongo pun segera mencabut pisaunya dari warangkanya, lalu menikamkannya ke lambung kanan babi itu. Setelah memastikan babi itu benar-benar telah mati, ia segera memasukkan pisaunya ke dalam warangkanya dan kemudian membawa pulang babi hasil buruannya itu untuk ditunjukkan kepada istrinya. Saat tiba di rumahnya, tiba-tiba ia terbangun dan tersadar dari mimpinya. Oleh karena malam masih larut, ia pun kembali melanjutkan tidurnya di samping istrinya.

Keesokan harinya, seperti biasanya, Lawongo bangun pagi-pagi sekali untuk bersiap-siap pergi berburu. Setelah mempersiapkan tombak dan pisaunya, berangkatlah ia ke hutan. Ia sengaja tidak membangunkan istrinya karena hari masih sangat pagi.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Sesampainya di hutan, Lawongo langsung melakukan perburuan. Sudah setengah hari ia berkeliling di hutan itu, namun tak seekor pun binatang buruan yang ditemukannya.

“Aneh, sungguh aneh! Kenapa suasana hari ini sangat sepi? Tak seekor burung yang berkicau. Pepohonan pun seakan diam membisu. Babi hutan dan binatang lainnya juga tidak ada yang berkeliaran,” gumam Lawongo dengan heran.

Hari pun sudah semakin siang. Badan Lawongo sudah sangat letih, perutnya terasa sangat lapar, dan kerongkongannya pun terasa kering karena haus. Ia pun segera memanjat pohon kelapa dan memetik beberapa butir buah kelapa muda, lalu membelahnya. Betapa terkejutnya ia ketika akan mencabut pisaunya, pisau itu melekat sangat keras pada warangkanya.

“Aduuuh, kenapa pisau ini sangat disulit dicabut?” keluh Lawongo.

Dengan sekuat tenaga Lawongo mencabut pisau itu, dan akhirnya ia pun berhasil. Ia sangat terperanjat saat melihat darah membeku di pisaunya itu.

“Wah, ternyata darah inilah yang menyebabkan pisau ini sulit dicabut dari warangkanya,” gumamnya.

Sejenak Lawongo terdiam memikirkan kenapa ada darah membeku pada pisaunya itu. Tiba-tiba, ia pun teringat pada mimpinya semalam. Saat itu pula, ia teringat pada istrinya yang tidur di sampingnya semalam.

“Waduh! Jangan-jangan aku salah tikam semalam?” ucap Lawongo dengan menduga-duga.

Tanpa berpikir panjang, Lawongo segera berlari pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia melihat sudah banyak warga yang berkumpul di depan rumahnya.

“Ada apa, Pak! Kenapa kalian berkumpul di sini?” tanya Lawongo kepada seorang warga.

“Maaf, Lawongo! Kami turut berduka cita melihat kondisi istrimu,” jawab warga itu.

“Memangnya kenapa dengan istriku?” tanya Lawongo cemas.

“Para warga menemukan istrimu dalam keadaan terbujur kaku,” jawab warga itu.

Mendengar keterangan warga itu, Lawongo pun semakin yakin dengan dugaannya bahwa bukanlah babi hutan yang ia tusuk dengan pisaunya semalam, melainkan istrinya yang sedang tidur di sampingnya. Ia pun segera berlari masuk ke dalam rumahnya untuk melihat keadaan istrinya. Saat masuk ke dalam kamar, ia melihat istrinya tidur terlentang ditutupi oleh kain kafan di atas pembaringan yang ditunggui oleh sejumlah warga. Dengan perlahan-lahan, Lawongo membuka kain kafan itu. Saat kain kafan terbuka, terlihatlah tubuh pada bagian lambung istrinya penuh dengan darah yang sudah membeku.

“Tidaaak….!!! Jangan tinggalkan aku, Istriku!” teriak Lawongo dengan histeris di antara kerumunan warga yang sedang mengelilingi istrinya.

Lawongo sangat menyesal atas kejadian yang menimpa istrinya itu.

“Maafkan Abang, Istriku! Abang tidak bermaksud melakukan ini. Abang sangat mencintaimu,  Istriku!” seru Lawongo sambil menangis terseduh-seduh.

Namun, apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Istri Lawongo yang sangat dicintainya itu telah pergi menghadap kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa. Lawongo pun tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan istrinya. Sesuai dengan sumpah janjinya ketika untuk selalu bersama istrinya sehidup-semati dan satu kubur berdua, ia pun meminta kepada warga agar segera membuat dua peti mati, satu untuk istrinya dan satu lagi untuk dirinya. Semua warga terperanjat mendengar permintaannya itu.

“Jangan lakukan itu, Lawongo! Jika kamu ikut mati bersama istrimu, kami akan merasa kesepian, karena tidak lagi mendengar irama sulingmu yang sangat merdu itu. Lagipula kamu masih terlalu muda dan masih mempunyai banyak harapan untuk bisa hidup lebih baik lagi,” pesan seorang warga.

Namun, Lawongo tidak menghiraukan nasehat tersebut. Ia tetap bertekad mati bersama istri yang sangat dicintainya itu.

“Tidak, Pak! Aku harus mati bersama istriku. Dialah satu-satunya harapan saya di dunia ini,” kata Lawongo.

Setelah itu, Lawongo berpesan kepada sanak saudara, teman-teman, dan penduduk setempat agar segera membuat lubang dan saluran udara pada peti matinya.

“Kalian tidak usah bersedih. Saya akan bermain suling di dalam peti mati itu untuk menghibur kalian semua,” kata Lawongo.

Para warga tidak dapat lagi mencegah keinginan Lawongo dan segera memenuhi permintaannya. Setelah semuanya selesai, Lawongo pun bersiap-siap untuk dikuburkan bersama istrinnya. Sebelum masuk ke dalam peti matinya, Lawongo kembali berpesan kepada warga.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Jika kalian sudah tidak mendengar lagi suara sulingku, berarti aku sudah tidak ada lagi di dalam kubur ini. Pergilah kalian ke pantai dan kalian akan melihat benda aneh muncul dari laut, datang dari kaki langit. Benda aneh itu adalah penjelmaanku. Tapi, ingat! Kalian jangan menunjuk benda itu dan jangan pula kalian teriaki. Kalian diam saja di pantai dengan tenang sambil menunggu benda itu,” ujar Lawongo.

Setelah Lawongo masuk ke dalam peti mati itu, para warga pun segera menguburkan Lawongo bersama istrinya. Pada hari pertama dan kedua, mereka masih mendengar suara suling Lawongo dengan sangat nyaring dan merdu. Pada hari ketiga, suara suling Lawongo semakin kecil. Memasuki hari kempat dan kelima, suara suling itu hanya terdengar sayup-sayup dan akhirnya pada hari ketujuh suara suling Lawongo lenyap sama sekali.

Teringat pada pesan Lawongo, pagi-pagi sekali, seluruh sanak keluarga dan teman-teman Lawongo serta penduduk Desa Damau segera berlari menuju ke pantai. Sesampainya di pantai, mereka duduk dengan tenang sambil menunggu benda aneh yang datang dari kaki langit sebagaimana yang dikatakan oleh Lawongo. Sudah dua jam mereka menunggu, namun belum ada tanda-tanda akan munculnya benda aneh itu. Para warga pun mulai meragukan akan kebenaran perkataan Lawongo.

“Wah, sudah lama kita menunggu di sini, tapi benda aneh itu tidak muncul juga. Jangan-jangan Lawongo hanya mengada-ada,” ucap seorang warga.

“Benar, barangkali Lawongo hanya membohongi kita semua,” tambah seorang warga lainnya.

“Sebaiknya kita tunggu beberapa saat lagi,” sahut salah seorang keluarga istri Lawongo.

Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba sebuah benda berwarna kehitam-hitaman mencuat menyerupai gunung muncul dari permukaan laut di kaki langit. Benda aneh itu bergerak menuju ke arah pantai Desa Damau. Melihat benda itu, para warga hanya terperangah melihat benda aneh itu. Mereka pun tidak berani berteriak dan menunjuk benda itu sebagaimana pesan Lawongo. Semakin lama benda itu semakin mendekat ke arah mereka. Mereka pun mulai ketakutan karena khawatir benda besar itu menabrak pulau tempat tinggal mereka. Baru saja mereka akan berlari meninggalkan pantai itu, tiba-tiba benda raksasa itu berhenti di tengah laut.

Para warga pun semakin penasaran ingin mengetahui benda itu dari dekat. Maka berlayarlah beberapa orang warga menuju ke arah benda itu. Setelah mereka mendekat, ternyata benda itu adalah sebuah pulau karang. Mereka pun menamai pulau itu Napombalu yang diambil dari kata napo berarti pulau karang, dan kata nawalu yang berarti benda aneh yang berubah menjadi sebuah pulau. Di saat pasang besar, pulau itu tenggelam dan di saat surut, pulau itu muncul kembali di permukaan laut.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Saturday, 4 April 2020

Cerita Rakyat Rambun Pamenan

April 04, 2020 0 Comments
Masterceme, Cerita Rakyat - Rambun Pamenan adalah anak seorang janda dari sebuah dusun di daerah Sumatra Barat, Indonesia. Ibu Rambun yang bernama Lindung Bulan sangat terkenal kecantikannya hingga ke berbagai negeri. Suatu ketika, Lindung Bulan diculik dan dipenjara karena menolak lamaran Raja Angek Garang dari Negeri Terusan Cermin. Rambu Pamenan pun berniat untuk membebaskan ibunya. Bagaimana usaha Rambun membebaskan ibunya?

Cerita Rakyat Rambun Pamenan

di daerah Sumatra Barat, hiduplah seorang janda bernama Lindung Bulan bersama dua orang anak laki-lakinya. Anaknya yang sulung bernama Rendo Pinang, sedangkan yang bungsu bernama Rambun Pamenan. Lindung Bulan adalah seorang janda yang cantik nan rupawan. Kecantikannya terkenal hingga ke berbagai negeri. Sejak kematian suaminya, banyak pemuda maupun duda yang datang meminangnya, namun tak satu pun pinangan yang diterimanya. Ia lebih senang menjanda daripada kedua anaknya berayah tiri.

Suatu ketika, berita tentang kecantikan Lindung Bulan terdengar oleh Raja Angek Garang dari Negeri Terusan Cermin. Sesuai dengan namanya, Raja tersebut terkenal garang (kejam). Raja kejam itu ingin memperistri Lindung Bulan. Ia pun memerintahkan beberapa hulubalangnya yang dipimpin oleh Palimo Tadung untuk menjemput Lindung Bulan.

“Palimo Tadung! Jemput dan bawa Lindung Bulan kemari! Jika dia menolak dibawa dengan baik-baik, kamu culik saja dia!” perintah Raja Angek Garang.

“Daulat, Baginda! Perintah segera dilaksanakan!” jawab Palimo Tadung.

Usai berpamitan kepada Raja, berangkatlah Palimo Tadung bersama beberapa hulubalang untuk menjemput Lindung Bulan. Sesampainya di rumah Lindung Bulan, mereka menyampaikan pinangan Raja Angek Garang. Namun, Lindung Bulan tetap ingin hidup menjanda. Sesuai dengan titah Raja Angek, maka pada malam harinya, ketika Reno Pinang dan Rambun Pamenan sedang tertidur lelap, Palimo Tadung menculik Lindung Bulan dan membawanya ke istana Raja Angek Garang dengan menggunakan burak (semacam kendaraan yang digunakan Nabi Muhammad ketika isra’ mi’raj).

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Sesampainya di istana, Raja Angek Garang memaksa Lindung Bulan agar mau menjadi permaisurinya. Lindung Bulan menolak, dan Raja Angek pun menjadi kesal dan marah.

“Dasar janda keras kepala!” bentak Raja Angek dengan wajah memerah.

“Pengawal! Bawa janda bodoh ini ke penjara bawa tanah!” titahnya.

Mendengar perintah itu, beberapa pengawal istana segera menyeret Lindung Bulan ke dalam penjara. Sebelum dimasukkan ke penjara, para pengawal tersebut mengikat kedua kaki Lindung Bulan dengan rantai besi.

Bertahun-tahun Lindung Bulan dikurung dalam penjara bawah tanah. Hidupnya sangat menderita dan merana. Ia jarang diberi makan dan minum, sehingga semakin hari badannya semakin kurus. Wajah cantiknya pun semakin hari semakin pudar.

Sementara itu, sejak ibu mereka diculik, Reno Pinang dan Rambun Pamenan diasuh dan dibesarkan oleh tetangganya. Rupanya, sang Tetangga menyaksikan peristiwa ketika Lindung Bulan diculik. Namun, ia tidak mengetahui akan dibawa ke mana Lindung Bulan oleh para penculik tersebut. Kini, Reno dan Rambun telah menjadi remaja. Sang Tetangga pun merasa bahwa tibalah saatnya ia harus menceritakan peristiwa yang telah menimpa ibu mereka. Reno dan Rambun sangat sedih mendengar cerita itu. Rambun berpikir bahwa ibunya masih hidup. Maka timbullah pikirannya ingin pergi mencari ibunya. Namun, ia bingung, karena tidak ada jejak atau pun petunjuk mengenai keberadaan ibunya.

Pada suatu hari, ketika sedang mencari balam/em> (burung tekukur) di hutan, Rambun bertemu dengan seorang pemburu bernama Alang Bangkeh sedang beristirahat di bawah sebuah pohon rindang. Setelah berkenalan, Rambun menceritakan peristiwa yang dialami ibunya hingga ia berniat untuk pergi mencarinya. Mendengar cerita Rambun, Alang Bangkeh tiba-tiba tersentak kaget.
“Benarkah Lindung Bulan itu ibumu, Rambun?” tanya Alang Bangkeh.

“Benar, Paman! Apakah Paman pernah bertemu dengannya? Tolong katakan di mana sekarang ibuku!” desak Rambun.

“Maaf, Rambun! Paman tidak pernah bertemu dengan ibumu. Paman hanya pernah mendengar kabar bahwa ibumu, Lindung Bulan, sudah bertahun-tahun ditawan oleh Raja Angek Garang di Negeri Terusan Cermin,” jelas Alang Bangkeh.

“Dari mana Paman dengar kabar itu?” tanya Rambun penasaran.

“Paman sering berkelana menjelajahi berbagai negeri. Hampir setiap negeri yang Paman singgahi, Paman sering mendengar pembicaraan penduduk tentang Lindung Bulan yang ditawan di Negeri Terusan Cermin karena menolak pinangan Raja Angek Garang,” ungkap Alang Bangkeh.

“Apakah Paman tahu letak Negeri Terusan Cermin?” tanya Rambun.

“Maaf, Rimbun! Kebetulan Paman belum pernah ke negeri itu. Tapi, semua orang tahu bahwa Negeri Terusan Cermin berada di seberang hutan belantara. Hanya saja tidak ada orang yang tahu persis di seberang hutan belantara yang mana negeri itu berada, karena di negeri ini banyak sekali hutan belantara,” kata Alang Bangkeh.

Meski demikian, Rambun tetap bertekad ingin pergi mencari dan membebaskan ibunya. Sejak itu, ia sangat tekun belajar bela diri dan menuntut ilmu pengetahuan kepada beberapa guru silat dan orang pintar. Melihat tindakan Rambun itu, Reno pun selalu bertanya-tanya dalam hati. Oleh karena penasaran, ia pun bertanya kepada adiknya.

“Hai, Adikku! Untuk apa kamu lakukan semua itu?” tanya Reno.

Rambun kemudian bercerita kepada kakaknya tentang cerita Alang Bangkeh bahwa ibu mereka masih hidup dan ia berniat untuk pergi mencarinya. Berkali-kali Reno Pinang berusaha untuk membujuk adiknya agar mengurungkan niatnya, namun sang Adik tetap bersikukuh hendak pergi mencari ibunya. Ibu asuhnya pernah berkata bahwa setiap cita-cita yang luhur, bagaimanapun sulitnya, akan dapat diraih dengan kerja keras dan sungguh-sungguh.

“Memang Adik masih muda, tapi Adik bisa menjaga diri. Adik telah belajar ilmu silat dan ilmu pengetahuan kepada banyak guru silat dan orang pintar. Jadi, Kakak tidak usah mencemaskan Adik,” ujar Rambun.

“Baiklah, kalau itu keinginanmu. Doa Kakak menyertai perjalananmu. Semoga kamu berhasil menemukan ibu,” ucap sang Kakak.

Setelah mempersiapkan segala keperluannya, berangkatlah Rambun untuk pergi mencari Negeri Terusan Cermin. Ia berjalan seorang diri keluar masuk hutan belantara, menaiki dan menuruni gunung. Semakin jauh ia berjalan, bekalnya pun semakin berkurang. Suatu hari, Rambun jatuh sakit di tengah hutan belantara, karena kelaparan dan kelelahan. Namun, berkat doa sang Kakak, ia pun sembuh. Rupanya, sang Kakak mengirimkan ramuan penangkal lapar berupa sebungkus nasi dan sebutir telur melalui mimpi Rambun. Peristiwa ajaib itu berlangsung beberapa kali sampai Rambun bertemu dengan seorang petani ladang di tepi hutan.

Rambun kemudian menumpang di rumah petani itu untuk memulihkan badannya yang sangat letih setelah melewati beberapa hutan belantara. Sebagai balas jasa, Rambun membantu petani itu bekerja di ladang. Ia bekerja sangat rajin dan tekun, sehingga petani itu sangat kagum kepadanya. Suatu malam, ketika mereka sedang duduk-duduk di dekat api unggun sambil membakar ubi, petani itu bertanya kepada Rambun.

“Apa gerangan yang membawamu sampai ke daerah ini, Rambun?” tanya si pemilik ladang.

Rambun pun menceritakan asal usul dan tujuannya berkelana. Mendengar cerita Rambun, pemilik ladang itu memberitahu bahwa Rambun telah menempuh hutan yang salah. Seharusnya ia melewati hutan sebelah barat. Akhirnya, Rambun pun memutuskan untuk tinggal beberapa lama untuk membantu si pemilik ladang. Setelah memanen tanaman ubi dan jagungnya, barulah ia berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Sebelum Rambun berangkat, pemilik ladang itu memberinya sebuah tongkat.

“Bawalah tongkat ini! Semoga dapat berguna dalam perjalananmu nanti. Tongkat ini namanya Manau Sungsang,” kata si pemilik ladang seraya menyerahkan tongkat itu kepada Rambun.

Setelah menerima tongkat itu, berangkatlah Rambun menelusuri hutan sebelah barat. Ketika menelusuri hutan itu, tiba-tiba ia melihat seorang perimba (pencari nafkah di hutan) sedang dililit seekor ular besar. Tanpa berpikir panjang, Rambun segera memukul kepala ular itu dengan tongkatnya sehingga lilitannya lepas dan ular itu pun mati seketika.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

“Terima kasih, Anak Muda! Engkau telah menyelamatkan nyawaku. Kalau boleh aku tahu, engkau siapa dan dari mana asal usulmu?” tanya perimba itu.

Rambun pun menceritakan kisah perjalanannya dari awal hingga ia berada di tempat itu. Mendengar cerita tersebut, perimba itu pun mengerti maksud dan tujuan Rambun berkelana.

“Karena engkau telah menolong Paman, maka Paman akan mengantarmu ke Negeri Terusan Cermin agar engkau cepat sampai di sana,” ujar perimba itu.

“Apa maksud, Paman? Bukankah negeri itu masih sangat jauh dari tempat sini?” tanya Rambun.

Sambil tersenyum, perimba itu menyuruh Rambun untuk memejamkan mata sejenak. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Rambun merasa tubuhnya melayang-layang di udara. Setelah membuka matanya, barulah ia menyadari bahwa perimba itu menerbangkan dirinya menuju ke Negeri Terusan Cermin. Perimba itu terbang melesat bagaikan burung garuda. Perjalanan yang cukup jauh tersebut mereka tempuh dalam waktu yang singkat. Sesampainya di Negeri Terusan Cermin, sang Perimba menurunkan Rambun di tepi sebuah dusun.

“Maaf, Rambun! Paman hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Carilah ibumu ke istana Raja Angek Garang!” seru perimba itu seraya kembali terbang menuju ke hutan belantara.

Ketika tiba di dusun itu, Rambun tiba-tiba merasa sangat lapar. Ia pun mendatangi sebuah lepau(kedai nasi). Lepau itu terlihat sepi. Yang terlihat hanya seorang wanita, si pemilik lepau, sedang bernyanyi menunggu pembeli.

“Permisi, Bu! Saya sangat lapar, tetapi saya tidak mempunyai uang. Berilah saya pekerjaan apa saja untuk membayar nasi,” kata Rambun mengiba.

Oleh karena iba, pemilik lepau itu memberikan makanan kepada Rambun dengan cuma-cuma. Untuk membalas kebaikan wanita itu, Rambun pun bekerja di lepau itu. Ia menyediakan kayu bakar dan memperbaiki bagian-bagian lepau yang sudah rusak.

Suatu hari, Rambun bercerita kepada wanita itu tentang maksud dan tujuannya berkelana ke Negeri Terusan Cermin. Si pemilik lepau pun bercerita bahwa puluhan tahun yang lalu Raja Angek Garang menyekap ibu Rambun, Lindung Bulan, di penjara istana. Mendengar cerita wanita itu, Rambun semakin tidak sabar ingin membebaskan ibunya. Ia pun mulai mengatur siasat.

Suatu ketika, Rambun berjalan-jalan ke kota kerajaan Negeri Terusan Cermin untuk mempelajari seluk beluk dan keadaan istana. Keesokan harinya, ia pun berpamitan kepada si pemilik lepau. Sebelum Rambun berangkat ke istana, si pemilik lepau memberinya pakaian untuk menggantikan mengganti bajunya yang sudah usang dan robek.

Sesampainya di istana, Rambun melihat tujuh orang hulubalang sedang berjaga-jaga di depan gerbang istana. Ia pun menghampiri salah seorang hulubalang.

“Permisi, Tuan! Bolehkah saya masuk ke dalam istana?” kata Rambun.

“Hai, Anak Kecil! Siapa kamu dan untuk apa kemari?” tanya salah seorang hulubalang.

“Saya ingin membebaskan ibu saya yang ditawan Raja Angek Garang sejak puluhan tahun yang lalu,” jawab Rambun.

Hulubalang itu tertawa terbahak-bahak, lalu memanggil teman-temannya yang lain.

“Hai, teman-teman! Lihat, anak kecil ini mau membuat masalah!”

Keenam hulubalang yang lainnya itu segera menghampiri Rambun. Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengangkat tubuh Rambun dan menimang-nimangnya.

“Ayo, teman-teman! Kita bermain lempar-tangkap. Tangkaplah anak ini!” seru hulubalang itu seraya melemparkan tubuh Rambun kepada temannya yang lain.

Setelah para hulubalang itu letih melemparkan tubuh Rambun ke sana kemari, salah seorang dari mereka kemudian melemparkan tubuh Rambun ke tanah lalu menendanginya secara bergantian. Rambun pun tidak sabar melihat perlakuan para hulubalang itu terhadap dirinya. Sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, Rambun memukulkan tongkat Manau Sungsangnya ke kepala salah seorang hulubalang. Hulubalang itu pun langsung tewas seketika. Melihat temanya terkapar tidak berdaya, keenam hulubalang yang lainnya lari tunggang langgang masuk ke dalam istana untuk melaporkan peristiwa itu kepada Palimo Tadung.

Tidak berapa lama, datanglah Palimo Tadung bersama beberapa hulubulang. Baru saja ia akan menghunus pedangnya, Rambun mendahului memukulkan tongkat saktinya ke kepalanya hingga tewas tak berdaya. Para hulubalang yang menyaksikan peristiwa itu segera melapor kepada Raja Angek Garang. Mendengar laporan itu, Raja Angek Garang langsung naik pitam.

“Dasar hulubalang tidak becus! Menghadapi anak kecil saja kalian tidak sanggup!” bentak sang Raja.

“Ampun, Baginda! Anak itu memiliki tongkat sakti,” sahut seorang hulubalang.

Tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba saja Raja Angek Garang menghunus pedangnya lalu menusukkannya ke perut hulubalang itu hingga tewas. Dengan pedang terhunus, ia segera menemui Rambun yang sudah berdiri menunggu di depan istana. Raja Angek Garang pun langsung menyabetkan pedangnya berkali-kali ke arah Rambun. Namun, dengan gesit dan lincah, Rambun dapat menghindari serangan Raja Angek Garang. Pada saat yang tepat, Rambun memukulkan tongkatnya ke kepala Raja kejam itu. Tapi, pukulan Rambun masih dapat ditangkis oleh Raja Angek dengan pedangnya.

“Hai, bocah tengik! Kamu tidak akan sanggup mengalahkanku. Pedangku lebih sakti daripada tongkatmu. Ha… ha… ha…!” seru Raja Angek Garang sambil tertawa terbahak-bahak.

MasterCeme Merupakan Agen Judi Poker Domino QQ CEME Capsa Susun Samgong Super10 Omaha Poker Online Indonesia Terbaik  dan Terpercaya

Rambun pun mengerti bahwa kesaktian Raja Angek terletak pada pedangnya. Maka, ketika Raja Angek mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, dengan secepat kilat, Rambun melompat dan memukul pedang itu. Pedang itu pun terlepas dari genggaman Raja Angek. Pada saat itulah, Rambun segera memukul kepala Raja Angek Garang hingga jatuh dan tewas seketika. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu bersorak gembira, karena Raja kejam itu telah mati.

Setelah itu, Rambun pun memerintahkan para hulubalang untuk membebaskan semua tawanan. Ia pun masuk ke dalam penjara mengikuti para hulubalang untuk mencari ibunya. Ia pun meminta kepada salah seorang penjaga penjara untuk menunjukkan tempat ibunya disekap. Tak berapa lama, ia pun melihat ibunya dalam keadaan menyedihkan. Kaki ibunya terikat rantai besi. Badannya sangat kurus dan matanya cekung. Dengan perasaan haru, Rambun pun segera memeluk ibunya sambil menangis.

“Ibu…! Ini aku Rambun Pamenan, anak Ibu! Anak bungsu Ibu yang Ibu tinggalkan ketika masih kecil,” kata Rambun.

“Anakku! Maafkan Ibu, Nak!” ucap Lindung Bulan dengan suara serak.

Setelah itu, rakyat Negeri Terusan Cermin meminta kepada Rambun untuk menjadi raja menggantikan Raja Angek Garang yang kejam itu. Namun, Rambun tidak ingin menjadi raja di negeri asing. Ia pun mengajak ibunya untuk kembali ke kampung halamannya. Akhirnya, Rambun pun berkumpul kembali bersama ibu dan kakaknya, Reno Pinang.

Selamat datang di Masterceme
Hanya 1 user id bisa memainkan 7 jenis permainan.
Minimal Deposit & Withdraw hanya 25.000/50.000
Bonus New Member 20%
Bonus Deposit Harian
Bonus Referal Sebesar 20%
Link : Masterceme{dot}com
WA : +85578968600

 Daftar Sekarang

Follow Us @soratemplates