Masterceme, Misteri - Siapa yang bisa menduga hewan yang berbentuk seperti kadal dan bertubuh kasar dan besar itu yang dinamakan tokek bernilai ratusan juta dan bahkan ada harga tokek yang sampai milyaran rupiah. Hingga harga yang cukup menjanjikan itu menjadi bisnis tokek dadakan bagi orang-orang yang ingin kaya mendadak. Kisah cerita berburu tokek inipun terjadi saat perburuan tokek sedang marak-maraknya di Kisaran sebuah kota kecil di Sumatera Utara beberapa waktu lalu.
Aku seorang pegawai kecil di sebuah instansi pemerintah. Sebagai pegawai rendahan sudah tentu gaji yang kuterima tiap bulan tidak seberapa. Apalagi aku sudah mengambil uang di bank dengan jaminan SK Pegawaiku untuk membeli sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Awalnya semua kujalani dengan biasa-biasa saja. Hatiku terhibur dengan mendapatkan rumah baru itu. Tapi ketika ku tahu istriku sedang mengandung anakku yang pertama, jujur ada perasaan cemas di hatiku.
Do’aku untuk memiliki keturunan telah dijawab Tuhan, tetapi kemampuan ekonomiku untuk menyambut anakku yang benar-benar meragukan. Biaya susu, periksa kandungan tiap bulan, biaya ini-itu yang makin membuat kepalaku serasa mau pecah. Padahal sering malam hari untuk mengisi kekosongan waktu aku ngojek di stasiun kereta api. Kupikir yang kulakukan dapat menambah income. Tapi tetap saja masih kurang. Karena istriku dalam masa hamilnya sering sakit-sakitan. Kata dokter, memang bawaan si jabang bayi yang ada dalam perutnya.
Lalu di saat kekalutanku makin manjadi, seorang teman membawa kabar baik yang cukup menggiurkan. Bisnis tokek. Binatang melata yang mirip cicak atau kadal yang bertubuh besar berwarna kuning dan bertubuh merah. Binatang yang ku tahu cuma binatang yang menjijikan itu ternyata harga tokek cukup menggiurkan. Dan itu ku tahu dan Mr. Lie, laki-laki tua asal Malaysia.
Katanya tokek seberat 3 ons saja bisa mencapai ratusan juta apalagi yang mencapai berat sampai 4 ons ke atas. Pembeli dari Malaysia siap membayar dengan hitungan milyar, semula aku masih tidak percaya. Tapi Mr. Lie menunjukkan keseriusannya dengan menginap di sebuah penginapan di kotaku. Yang makin meyakinkanku dia memboking kamarnya selama satu bulan dan siap membantu uang transportasi team kami dalam perburuan tokek.
Semangetku mendadak bangkit. Bayangkan, untuk menjadi orang kaya terus memenuhi ruang kepalaku. Pagi aku kerja, sorenya kuhabiskan waktuku keliling Asahan dengan team untuk memburu tokek. Awalnya kami cuma berempat, namun dalam waktu sekejap kami sudah seperti sebuah organisasi yang terorganisir.
Kami punya kaki atau informan dan setiap tempat yang kami datangi. Dan Air Joman, kota Tanjung Balai, Sungai Kepayang, desa Silau Laut, bahkan sampai Kabupaten Batubara, Labuhan Batu Utara dan Simalungun. Sepertinya semua demam tokek. Semua teriming-iming untuk menjadi orang kaya mendadak.
Hari-hariku ikut berubah. Aku sudah jarang menemani istriku di rumah. Semua demi mimpi yang aku sendiri pun masih tetap ragu. Karena, yang kudapati di lapangan, tokek terbesar cuma seberat 2 ons. Sudah berpuluh-puluh target yang kami dapat, hasilnya sama. Tapi ada yag seberat 2,9 ons. ini yang membuat keraguanku berubah-ubah. Jujur, setengah bulan kujalani pulang pagi hanya untuk memburu tokek, yang juga membuatku hampir putus asa. Awalnya pencarian itu wajar, belakangan, kami sudah melibatkan jasa paranormal. Bahkan beberapa paranormal sudah ikut bergabung dalam team.
Menurut paranormal tokek itu binatang mistis,dari mistis suara tokek hingga mitos keberadaan tokek yang di anggap misterius yaitu ada suara tokek belum tentu dapat dilihat keberadaannya,sehingga perlu cara menangkap tokek dengan berbagai mantra dan sesaji.
Mereka mulai menggunakan berbagai macam sesaji. Ada yang menggunakan jenis bunga-bungaan yang dihanyutkan ke sungai, ada juga yang menggunakan darah ayam hitam yang dipercikkan di tempat berburu tokek yang diduga kuat ada tokeknya. Malah ada juga yang menggunakan pedupaan untuk memuja tokek agar mau datang.
Kadang aku geli, tapi bayangan uang ratusan juta dan milyaran itu membuatku ikut dalam berbagai macam ritual. Kesan yang kurasa, tokek seperti binatang setan. Karena saat kami berada di sebuah gedung tua di daerah Pematang Siantar suaranya jelas terdengar suara tokek tapi bentuk tokeknya tak dapat kami temukan. Padahal sudah dilakukan berbagai ritual menurut paranormal yang ikut. Lagi-lagi kami gagal. Kesalnya aku setengah mati!
Sepertinya cerita berburu tokek pasti ada hubungannya dengan jin. Itu pendapat paranormal yang ada dalam team kami. Sungguh mati aku tidak percaya dengan pernyataan paranormal itu. Semua hanya karena bayangan uang. Kalau tidak dibayarin aku tak mau ikut dengan team yang mulai edan dengan hal-hal yang berbau takhayul mengenai mitos mistis tokek.
Waktu berputar begitu cepat. Tidak terasa apa yang kami kerjakan sudah hampir satu bulan. Waktu itu masa tinggal Mr. Lie hanya tinggal sekitar 5 hari lagi. Sementara tokek yang kami cari satu ekorpun belum ada yang kami dapatkan. Laki-laki tua asal Malaysia itu memang sudah cukup banyak menghabiskan uangnya selama di Indonesia.
Maka sisa yang tinggal sedikit kama berharap, usaha kami berhasil. Apalagi saat seorang teman mengundang kami ke ladangnya di daerah Bandar Pasir Mandoge hanya berjarak beberapa kilometer lagi dari Pematang Siantar. Dia sangat yakin di ladangnya ada tokek yang cukup besar. Karena pekerjanya pun pernah melihat tokek raksasa itu melintas beberapa kali. Hanya saja saat hendak ditangkap tidak pernah bisa.
Secercah harapan muncul di hati kami semua. Rasa lelah karena kegagalan yang sudah-sudah juga sirna. Masih kuingat saat istriku melarangku pergi karena bosan dengan kegagalan yang kami alami tapi aku menyejukkannya dengan bayangan uang milyaran.Kali kami berangkat dengan keyakinan yang kuat. Sepertimya akupun teramat yakin kemiskinan akan berakhir saat kami pulang dari perburuan tokek ini.
Di sekitar pohon yang dikatakan pemiliknya adalah sarang tokek, kami menangkap tokek dengan cara pasang jaring keliling sebagai antisipasi jika tokeknya Iari ke Iuar. Paranormal yang ikut bersama kami sudah menaburkan ramuannya ke empat sudut yang dibatasi dengan jaring. Yang pasti persiapan kali ml benar-benar Iebih diutamakan. Atas anjuran si paranormal, kami menunggu sampai malam sebelum bertindak. Menurutnya dia akan berkomunikasi dengan penghuni gaib daerah itu agar diberi izin untuk membawa tokek terbesar itu pulang.
Sepertinya waktu berjalan begitu lamban. Kami tidak banyak bersuara di sana, mungkin di dalam hati kami masing-masing hanya ada harapan dan do’a semoga perburuan tokek kali benar-benar menuai sukses.Malamnya, semua berdiri di belakang si paranormal dengan jantung berdebar. Laki-laki separuh baya itu begitu khusuk dengan meditasinya. Lalu keheningan itu terusik dengan suara tokek yang begitu jelas dan keras terdengar.
“Koookk...kookkk.. .“
Kata mereka suara tokek yang sudah - di atas berat 3 ons, akan berubah seperti bunyi seekor ayam. Suasana makin tegang. Apalagi aku, sepertinya nafasku hampir tertahan menahan rasa yang aku sendiri sulit untuk mengungkapkannya.
“Koookk.. .kookkk...” Untuk kedua kalinya, suara itu kembali terdengar. Dan kali ini si paranormal bergerak dan meditasinya dan berdiri, dan berucap dengan suara agak pelan;
“Cepat bergerak! Tangkap tokek itu sebelum hilang Iagi!l”
Tanpa men unggu komando yang kedua, aku dan beberapa teman langsung melompat ke arah suara itu menembus jaring-jaring yang sudah terpasang. Sebuah bayangan mirip dengan kadal melompat cepat berlari mesuk ke dalam sebuah batang kayu tua. Aku bergerak cepat menyergap ke arah batang kayu tua tadi dibantu penerangan cahaya senter di tangan kiriku dan senter besar di tangan sahabatku Wawan.
Tapi karena batang kayu itu agak panjang maka cahaya senter tidak bisa menembus ke dalam lubang. Tapi semua wajah-wajah kami nampak bahagia, karena semua melihat jelas seekor tokek seukuran botol aqua masuk ke lubang itu. Yang pasti bayangan uang ratusan juta sudah terlintas begitu dekatnya.
“Potong dari bawah biar aku tutup atasnya dengan jaring!” Pinta Danu setelah dengan sigap menutup lobang tempat masuk tokek tadi dengan jaring. Aku menyambar kapak kecil dan dengan sekuat tenaga memotong batang pohon itu dari bawah. Hanya dengan hitungan menit batang pohon itu terbelah jadi dua. Tapi sungguh di luar dugaan, tokek besar tadi tak kelihatan lagi. Padahal kalo dilihat tidak ada sedikit celahpun yang bisa membuat tokek itu lepas.
“Ternyata kita masih belum diizinkan untuk mengambil tokek itu!” Suara Si paranormal terdengar berat di belakang. Semua kami menekuk wajah. Jujur, rasa kecewaku sudah di luar batas kemampuanku untuk menahannya. Lagi-lagi hanya pernyataan begitu yang kudengar. Sesaji tidak diterimalah, penghuni setempat gak mengizinkanlah.
“Dasar ghoib keparat!” ucapku spontan.
Si paranormal yang kelihatan paling kaget atas ucapanku tadi. “Sampean gak boleh begitu!”
“Semua penghuni di tempat ini cuma jin keparat! Mereka gak’lebih gak kurang kayak kita juga. Pembohong semua!” lanjutku lagi dengan nada makin tinggi. Semua terdiam. Aku memang sudah tidak peduli. Tiba-tiba dari lubang pohon itu ke luar seekor burung hantu besar yang dapat kami lihat terbang dan hilang kegelapan. Dan dari lubang itu juga menyusul beberapa ekor anak tokek merayap perlahan.
Aku yang masih larut dalam emosi langsung mengayunkan kapak di tanganku dan...Iima ekor anak tokek yang baru ke luar itu mati semua dengan tubuh terputus putus.
“Sabar Mat, tenangkan dirimu! Kita masih di dalam hutan. Tuh lihat! Tokeknya gak ketemu malah yang muncul burung hantu. Ntar kamu bisa kuwalat!” ujar Wawan sambil mengelus pundakku untuk menenangkan.
“Kita semua udah dibohongin sama makhluk keparat Wan! Emang bisa apa penghuni hutan ini sama kita?” emosiku semakin sengit. Sambil mengacungkan kapakku ke arah kegelapan aku berucap lantang.
“Hei jin-jin goblok! Kalau kalian tidak terima, kalian boleh menuntut ganti rugi sama aku!” Usai aku berucap dan kegelapan sana terdengar kembali suara; “Kookkk...kookkk...
kookkk Aku terdiam. Jujur, aku merinding. Suara itu memang seperti suara tokek yang tadi kami dengar. Tapi semua itu pasti hanya kebetulan.Berangsur suasana kembali tenang. Kami pun berkemas untuk segera pulang. Jengkel di hatiku juga ikut surut, membeku bersama terpaan angin malam yang makin dingin.
Dua minggu kemudia istriku tiba waktunya untuk melahirkan. Sepertinya yang kurencanakan, aku memanggil bidan ke rumah. Setelah hampir satu jam berjuang dengan rasa sakitnya, akhirnya anakku pun lahir. Tapi. ..jantungku seperti berhenti berdetak. Karena anakku lahir sudah tak bernyawa dengan kondisi tubuh seperti terpotong-potong. Malah yang lebih membuat hatiku pedih, kulitnya mirip seperti seekor tokek bertutul-tutul merah.
Aku tak kuat menahan air mata. Saaat istriku sadar, anak kami telah meningal dengan kondisi demikian, Ia langsung pingsan. Batinku berkecamuk kuat. Apakah semua ini ada hubungannya dengan perburuan tokek kami malam itu? Kebencianku semakin kuat. Andai saat ini ada seribu tokek di depanku, pasti akan kuhabisi semua. Tapi kini seluruh persendianku seperti tak bertenaga. Aku benar-benar larut dalam kesedihan.
Walau aku berserah pada Tuhan, namun kejadian itu sampai kapanpun tak pernah hilang dari ingatanku. Terkadang hidup tidak bisa berjalan mulus seperti yang kita inginkan. Sampai sekarang Ini Pun aku tetap berusaha mencari uang Untuk kebutuhan keluarga ku.
No comments:
Post a Comment