Masterceme, Mistis - Hutan karetan adalah sebuah kawasan kecil berhutan dan merupakan bagian dari hutan lindung KPH Blitar yang letaknya 1 km di selatan waduk sutami di karangkates. Hutan ini dulunya tidak pernah dijamah manusia karena terkenal angker.
Mengapa disebut hutan karetan? Karena ada sebuah pohon karet besar yang berada di dekat sumber air di hutan sepi tersebut. Puluhan tahun yang lalu hutan ini didiami oleh satwa liar seperti babi hutan, kijang, musang, tupai, ayam hutan, burung-burung liar, dan ular-ular besar yang berkeliaran di sekitar sumber air.
Para pencari kayu bakar serta pencari rumput ternak tidak ada yang berani menjamah tempat ini meskipun disini terdapat rumput yang hijau segar.
Berikut ini silakan anda simak kisah mistis dan benar-benar nyata seorang pencari rumput asal desa setempat, sebut saja namanya Mukri. Kisah ini terjadi sudah puluhan tahun yang lalu ketika berlangsungnya pembangunan bendungan sutami atau biasa disebut dam. Mukri waktu itu sedang “kalap”, artinya masuk ke perkampungan makhluk halus penghuni hutan karetan secara tidak sadar.
Nama saya Mukri. Pada siang hari yang terik ketika sedang mencari rumput, saya kehabisan air minum di botol. Maka saya pergi menuju hutan karetan untuk mengambil air jernih langsung dari sumbernya. Hutan karetan begitu sepi dan tidak ada siapa-siapa, kecuali hanya sesekali suara siulan burung liar serta bunyi serangga yang nyaring dan memekakkan telinga.
Pada saat memasuki hutan karetan saya melihat ada sebuah rumah. Saya sempat berpikir mengapa ada rumah di hutan ini. Namun tanpa pikir panjang lagi saya langsung menuju rumah tersebut untuk meminta air minum. Tapi sayangnya rumah itu kosong karena rupanya sang tuan rumah sedang pergi.
Lantas saya nyelonong saja masuk ke dapur dan mengambil air untuk minum. Tapi belum sempat minum ternyata si tuan rumah keburu datang. Maka saya langsung lari dan bersembunyi di kolong ranjang yang di atasnya ada seorang bayi kecil tidur sendirian di kamar.
Tapi sial! Bayi merah itu langsung menangis karena menyadari kehadiran saya. Kemudian ibunya menghampiri masuk kamar dan menggendong bayi tersebut agar anaknya berhenti menangis. Namun bayi kecil tersebut bukannya diam, melainkan terus menangis dan semakin keras suara tangisnya.
Akhirnya sang kakek bayi yang berambut putih dan berjenggot panjang datang dengan membawa segenggam garam. Lantas garam tersebut di beri jampi-jampi dan disiramkan ke kolong ranjang tempat saya bersembunyi.
Namun betapa terkejutnya saya, ternyata segenggam garam tersebut berubah menjadi pijaran api yang sangat panas dan mengenai tubuh saya. Maka saya langsung keluar dari kolong ranjang dan lari sekuatnya untuk menghindari pijaran api yang mengejar dan hendak menjilat tubuh saya.
Sesampai di luar rumah api itu hilang dan pemandangan di luar rumah berubah. Saya melihat ada sebuah pertunjukan wayang kulit yang sangat ramai penontonnya. Saya melihat sederetan warung yang menjual makanan dan minuman. Saya juga melihat gadis-gadis cantik jelita bercanda ria dengan gembiranya sambil menonton pertunjukan.
Kemudian saya menghampiri salah satu warung untuk membeli makanan. Namun aneh, si pemilik warung dan orang-orang sekitar tidak bisa melihat saya sehingga mereka tidak bisa menerima uang saya. Lalu saya mencoba mengambil sebuah kue untuk saya makan, tapi saya takut mereka melihat saya nantinya setelah kue saya makan. Terpaksa saya harus menahan rasa lapar dan haus yang luar biasa.
Ditengah rasa lapar dan haus yang menimpa saya, saya mendengar sayup-sayup ada suara aneh yang berirma bertalu-talu. Lama kelamaan suara-suara itu semakin keras dan ternyata itu adalah suara wajan, panci, piring, dan semua perangkat dapur dipukul-pukul secara berirama. Bukan hanya itu, saya juga mendengar suara orang-orang memanggil nama saya secara berulang-ulang.
Ternyata orang-orang yang memanggil saya tersebut adalah rombongan warga kampung saya yang datang dengan membawa obor serta memukul-mukul peralatan dapur seperti layaknya mencari orang yang digondol genderuwo.
Menyadari kedatangan rombongan warga kampung desa saya, para penonton wayang kulit tersebut terlihat tampak cemas dan kebingungan. Lantas mereka pergi meninggalkan arena pertunjukan satu persatu dan akhirnya mereka hilang semuanya, termasuk panggung tempat wayang kulit digelar juga ikut hilang.
Tapi apa yang terjadi? Ternyata saya berada di tengah hutan karetan sendirian. Ternyata pertunjukan wayang kulit yang saya lihat tadi adalah sebuah tontonan para makhluk halus di alam gaib. Dan akhirnya saya ditemukan oleh warga secara beramai-ramai. Saya baru menyadari bahwa ternyata saya telah “kalap” atau masuk ke perkampungan makhluk halus secara tidak sadar.
Kemudian warga membawa saya pulang ke rumah saya dan tiba sekitar jam 12 malam. Saya segera diberi minum air putih berisi jampi-jampi. Kejadian di alam gaib saya rasakan begitu singkat, tapi ternyata hampir sehari semalam saya berada disana. Ternyata kehidupan makhluk halus di hutan karetan tidak berbeda dengan kehidupan manusia di alam nyata.
Namun sayang! Sejak kejadian mistis yang menimpanya, Mukri menjadi linglung. Dan beberapa bulan kemudian ia meninggal dunia karena sering merasakan tubuhnya panas seperti dibakar api. Mungkin ia terkena api dari garam yang disiramkan oleh kakek tua ketika ia bersembunyi di kolong ranjang tempat bayi makhluk halus tidur tersebut dan cerita itu pun di turunkan pada teman-teman nya juga agar tidak asal masuk ke rumah orang tanpa permisi dulu.
No comments:
Post a Comment